RUMAH WAKTU
Sedikit Cerita Untuk Anak-anak langit yang sedang mengembara menyelesaikan kuliahnya di negri orang
Tiba-tiba semuanya kembali melankolis… tinggal beberapa waktu lagi meninggalkan kampus dan kota ini. kampus dimana banyak memberikanku nilai-nilai kehidupan. ada persahabatan, ada cinta, dramatika dialog antara otak, hati dan otot.
menjalankan kehidupan ini setidaknya memberikan banyak manfaat untuk orang lain. tapi semakin lama terasa diriku ini semakin terasa dimanfaatkan oleh orang lain. belajar untuk menjadi pelayan. tapi kok malah terasa jadi budak… apakah salah menjadi “bisa”- ternyata “bisa” pun menuntut banyak beban, terutama beban sosial.. apakah salah menjadi “bodoh” seakan semuanya terhitung siapa yang paling pandai mengakali siapa…
Entah mau dibawa kemana isi kepala yang penat ini. kepenatan yang terus menggelora tak menghilang menutupi segala hal positif yang bisa saja terjadi dalam hubungan kecil yang mungkin tak kusadari. Terima kasih kepada semua rasa yang pernah singgah dan mirip cinta- yang semakin membuat banyak hubungan yang kujalani sekarang dingin dan membatu.
kepada lara- dalam duka akan kesendirian yang akan kuhadapi. saat meniti jejak ini sendiri. Persahabatan yang kadang tak masuk akal- membela walau salah- memaafkan walau itu kesalahan yang prinsipil- berpura muram berpura simpati berpura perduli berpura canda hanya untuk mempertahankan hangatnya kekeluargaan yang tercipta selama ini karena memang haus kasih keluarga.
Hari inilah selayaknya Rumah. bukan rumah sebuah tempat- bukan rumah sebuah panggung- bukan rumah sebuah batu- rumah bukan sebuah konotasi dari kehangatan kasih sayang, tapi rumah adalah waktu, rumah adalah saat, rumah adalah rentang, rumah ialah singkat atau lamanya sesuatu, rumah intisari dalam setiap jenjang detik ke detik, hari ke hari, umur melalui umur, hidup melalui hidup, bahkan hidup melalui umur.
hari ini hangat. mata harinya- suasananya- nuansanya- aromanya- lagu pengiringnya- gelak tawanya- impiannya- pembicaraannya. tiba-tiba saja semu(a) jadi hangat, hangatnya sebuah penantian dimana semua orang pun menginginkannya.
mungkin terdengar sanjak. tanpa dan mungkin terasa ruhnya- sebuah tulisan yang menggebu-gebu, ia dramatisasi yang bodoh- penekanan yang tidak dalam kesatuan yang utuh dalam bahasa tanpa kebebasan.
Keheningan ini……… rasakan……….. iramanya………..petikkannya…………. gelak-kesedihan yang bercampur canda-lara yang bergumul mesra dengan tawa.
saatnya kembali ke dunia. berharap semuanya aman-aman saja, semuanya lancara-lancar saja, dan seakan tidak ada masalah apapun dari kehilangan sesuatu atau seseorang atau pula arti sebuah persahabatan.
sudah terlalu dini. seakan rumah waktu ini memiliki falsafati sendiri yang berjalan tanpa definisi. apa yang kita ketahui lagi tentang waktu!!? NOL BESAR. bahkan aku sendiri tidak mengerti apa yang ku bicarakan.
Entah kapan lagi kubisa melihat kota ini… sudah saatnya kembali dan meninggalkan semua kenangan yang telah tertoreh dalam hatiku… pesawatku telah datang… ijazah telah ditangan… salamku kepada semua anak-anak langit yang menengadahkan wajahnya kepada alam… seakan alampun yang pernah menuntun kita kepada kisah kesetiaan dipulau pengasingan (kisah cangke)… begitu pula cinta dan persahabatan ada perjumpaan pasti ada perpisahan… selamat menjalani kehidupan masing-masing kawan…
if bhaltazar the red spider
semalam hujan dijakarta sesaat setelah tiba akhir jan 2007